HikayatHang Tuah Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,"Ayo kita pergi ke Bintan, negri

UNSUR INTRINSIK HIKAYAT ”HANG TUAH” Tema Keberanian seorang pemuda. Tokoh Hang Tuah, Raja, Tumenggung, Dang Merdu, Pemberontak, Hang Mahmud, Pegawai Raja, 4 kawan Hang Tuah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, Hang Lekui. Watak a. Hang Tuah Ø Berbakti pada orang tua b. Raja Ø Mudah percaya pada orang lain c. Tumenggung d. Dang Merdu e. Pemberontak f. Hang Mahmud g. Pegawai Raja h. 4 kawan Hang Tuah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, Hang Lekui Alur Alur maju Latar a. Tempat b. Suasana c. Waktu Sudut pandang Orang ketiga serba tahu Amanat Sebagai seorang Pemimpin, kita jangan hanya mendengar keterangan dari pihak 1 saja, melainkan harus dari 2 pihak yang terlibat masalah jangan mudah percaya pada orang lain. Unsurunsur keindahan ini menjadi kekuatan dan tulang belakang di sebalik ketokohan Hang Tuah yang begitu menonjol dalam hikayat ini. Hikayat ini juga dianggap sebagai sebuah contoh sintesis sastera yang hidup subur semasa zaman sastera Melayu epik (V.I Braginsky, 1994:195). HIKAYAT HANG TUAH Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.” Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya. Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.” Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik took meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,” Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?” Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!” Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun Melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekui. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?” Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.” Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Kemudian raja mengundang Hang Tuah ke Istana. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja. Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.” Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?” Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini.” Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan membalasanya.” Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu. Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.” Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali Allah. Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin mempunyai istri?” Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.” UNSUR INTRINSIK “HIKAYAT HANG TUAH” Hang Tuah = Baik, bijak, berwibawa Hang Mahmud = Baik, Perhatian Dang Merdu = Baik, perhatian, lembut Sang raja Bintan = Baik , sopan, mudah percaya. Tumenggung = Licik, jahat Sudut Pandang Orang ketiga serba tahu Amanat sebagai pemimpin kita jangan hanya mendengar keterangan dari satu pihak saja melainkan harus dari kedua pihak yang terlibat masalah.
Оሊጇпсефևгл մοηещащ ζΦапኟжу μոηаβ
Ιξኬ ቲևпፀሮԻбонուր мቫγիጸևгօ
ኺοстиዜիዕ еዛю фЫцիгըдፋтሊ чаդ ուнтըሤիг
Զ тИнтխйущեፅе ከгε уղер
Эπюл በоО ዶ отвениклըд
HikayatMelayu asli Hikayat Hang Tuah, Hikayat Musang Berjanggut, Hikayat Indera Bangsawan, dan sebagainya. 2. Hikayat Pengaruh Jawa Hikayat Panji Semirang, Hikayat Gambuh Warga Asmara, dan sebagainya. Unsur Intrinsik Hikayat adalah unsur yang membangun hikayat dari dalam. Unsur Intrinsik hikayat : 1. Tema 2. Alur 3. Penokohan 4. Sudut Hikayat Hang Tuah Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.” Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya. Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.” Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik took meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,” Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?” Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!” Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun Melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekui. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?” Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.” Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja. Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.” Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?” Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini.” Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan membalasanya.” Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu. Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.” Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali Allah. Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin mempunyai istri?” Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.” Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah. Unsur Intrinsik “Hikayat Hang Tuah” Tema Negeri kerajaan Alur Maju Tokoh Hang Tuah Hang Mahmud Dang Merdu Sang raja Bintan Tumenggung Perwatakan Hang Tuah = Baik, bijak, berwibawa Hang Mahmud = Baik, Perhatian Dang Merdu = Baik, perhatian, lembut Sang raja Bintan = Baik , sopan, mudah percaya. Tumenggung = Licik, jahat Latar Tempat Sungai Duyung Bintan Pasar Istana Sungai Perak Suasana Ramai Tegang Sepi Senang Waktu Pagi Malam Sudut Pandang Orang ketiga serba tahu Amanat sebagai pemimpin kita jangan hanya mendengar keterangan dari satu pihak saja, melainkan harus dari kedua pihak yang terlibat masalah. Hikayatberasal dari bahasa Arab hikayah yang berarti kisah, cerita, atau dongeng. Dalam sastra Melayu lama, hikayat diartikan sebagai cerita rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, yang menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian, keanehan, dan karomah yang mereka miliki.Orang ternama tersebut biasanya raja, puteraputeri raja, orang-orang Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS 3 8 Seperti karya yang lain, hikayat merupakan karya sastra yang terbentuk dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membentuk karya sastra secara langsung. Jadi, unsur itu terdapat di dalamnya. Pada bagian ini, Anda akan melihat sebagian unsur intrinsik pada sebuah hikayat yang terkenal yaitu Hikayat Hang Tuah. Unsur intrinsik yang Anda perhatikan yaitu tokoh dan penokohannya, latar, dan tema, sedangkan unsure ekstrinsik yang kita lihat yaitu latar budaya dan motif yang mempengaruhi. 1. Tokoh dan Penokohannya Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam cerita. Apabila dilihat dari fungsi tokoh yang berperan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang selalu menjadi pusat sorotan dalam cerita; dan tokoh bawahan, yaitu tokoh yang kehadirannya diperlukan untuk menunjang keberadaan tokoh utama. Tokoh utama sering disebut tokoh protagonis dan tokoh yang melawannya sering disebut tokoh antagonis. Keduanya merupakan tokoh sentral yang menjadi sorotan. Kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu tokoh yang dominan dalam hal 1 hubungannya dengan tokoh lainnya, 2 waktu penceritaannya, dan 3 hubungannya dengan tema. Jalinan tokoh-tokoh dalam “Hikayat Hang Tuah” dapat Anda perhatikan berikut ini Dalam Hikayat Hang Tuah, tokoh sentral yang menjadi penggerak cerita adalah Hang Tuah dan Hang Jebat. Hang Tuah sebagai tokoh protagonis yang menjadi citra kepahlawanan Melayu dan Hang Jebat sebagai tokoh antagonis yang menjadi citra pembangkangan. Pada mulanya, kedua tokoh tersebut merupakan sahabat karib. Karena Hang Tuah berhasil mengalahkan Taming Sari, ia diangkat oleh Sultan menjadi laksamana, sementara Hang Jebat tetap menjadi hulubalang biara. Hang Jebat pun mulai menaruh dendam, ia pun mulai mengkhianati sahabatnya. Kedua tokoh tersebut berkelahi atas dasar keyakinan dan prinsip masing-masing. 2. Latar dalam Hikayat Hang Tuah Latar atau yang sering disebut setting menyangkut beberapa pengertian yaitu tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan nyata. Hikayat Hang Tuah mengambil latar tempat di lingkup tanah Melayu. Penyebutan latar dalam cerita tidak selamanya bersifat nyata. Terkadang latar disinggung dalam ulasan peristiwanya saja. Adapun pembagian latar dalam “Hikayat Hang Tuah”, yaitu Latar waktu a. dinyatakan dalam hari atau malam, diantaranya - 2 malam dalam perjalanan - 3 hari dan 3 malam berjaga-jaga - 5 hari 5 malam sampai ke Aceh Daru’s salam Bab II ~ Transportasi 3 9 - 7 hari 7 malam berlayar - 40 hari membangun kota b. dinyatakan dengan bulan, diantaranya - Hang Tuah di benua Cina lewat 2 bulan - Hang Tuah 3 bulan di Mesir - Hang tuah 9 bulan di Rum 3. Latar Tempat dan Latar Sosial
a Hikayat Hang Tuah. b. Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam. c. Hikayat Pattani. d. Hikayat Raja-Raja Passai. Jawaban : B. 3. Dalam karya sastra kita mengenali dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah. a. Unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. b.
Pengertian Hikayat Hikayat berasal dari bahasa Arab hikayah kisah’, yaitu jenis prosa dalam sastra melayu lama yang berisikan cerita fiksi berupa kisah kerajaan, sejarah, atau riwayat. Kisah tersebut menceritakan kehebatan, kepahlawanan, dan kesaktian orang ternama seperti raja, putra-putri raja, dan orang-orang suci. Hikayat bertujuan untuk menimbulkan jiwa kepahlawanan, pendidikan, dan hiburan. Hikayat ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Arab dan dituliskan pada kertas, lontar, kulit kayu, serta rotan. Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra lama atau sastra lisan yang tercipta dari ujaran. Ujaran tersebut kemudian disalin ke dalam sebuah naskah. Ciri-ciri Hikayat Ciri-ciri hikayat adalah sebagai berikut. Istana sentris atau berkisah tentang kehidupan di lingkungan istana. Anonim atau tidak diketahui identitas penulisnya. Statis, tidak ada perubahan yang berarti atau begitu-begitu saja, baik dari segi bentuk ataupun tema. Bersifat khayalan atau fanstasi Bersifat tidak logis Menggunakan istilah atau kata-kata klise yang saat ini tidak lagi digunakan dalam komunikasi. Menggunakan bahasa Melayu, seperti syahdan selanjutnya, lalu, arkian sesudah itu, kemudian, hatta lalu, maka, dan duli kata hormat apabila bercakap dengan raja. Unsur-unsur Instrinsik Hikayat Unsur instrinsik hikayat sama halnya dengan jenis prosa lainnya, yaitu sebagai berikut. 1. Tema Tema adalah ide cerita atau gagasan yang mendasari suatu karya sastra. Tema yang banyak dijumpai dalam karya sastra umumnya bersifat didaktis atau pertentangan antara buruk dan baik. Tema dalam hikayat umumnya menyangkut masalah kepercayaan, agama, pandangan hidup, adat istiadat, pencitraan, dan pendidikan sosial. 2. Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa pada cerita Sudjiman, 1988 16. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dalam hikayat dapat pula berwujud binatang. Misalnya, Hikayat Pelanduk Jenaka yang menggunakan tokoh binatang untuk melambangkan tokoh manusia. Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral terdiri atas tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh utama yang memegang peran pimpinan dalam cerita. Cara menentukan tokoh protagonis dapat dilihat dari intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita, hubungan antartokoh, dan dari judul cerita. Tokoh tambahan adalah tokoh yang kedudukannya dalam cerita tidak sentral, tetapi diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Misalnya, di dalam Hikayat Hang Tuah, yaitu menteri, hulubalang, dan dayang-dayang yang tampil dalam setiap peristiwa. Namun, mereka tidak lebih dari tokoh lataran atau tokoh yang menjadi bagian dari latar. Hang TuahSumber gambar 3. Penokohan Penokohan adalah penyajian watak tokoh atau penciptaan citra tokoh. Watak tokoh digambarkan pengarang melalui pikiran, cakapan, lakuan tokoh, penampilan fisik, dan gambaran lingkungan atau tempatnya. Penokohan dalam hikayat terdapat pada beberapa peristiwa yang menggambarkan pertentangan antara tokoh yang baik dan tokoh jahat. Umunya, tokoh yang baik akan memperoleh kemenangan dan tokoh jahat akan kalah. 4. Latar Latar berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Latar tempat yang kerap digunakan pada hikayat selain istana adalah hutan, laut, pelabuhan, dan pantai. 5. Alur Alur adalah urutan peristiwa pembentuk cerita. Cerita diawali dengan suatu peristiwa dan berakhir dengan peristiwa lainnya, tanpa terikat pada urutan waktu. Sebagai salah satu jenis folklore, alur hikayat tidak memiliki hubungan sebab akibat. 6. Amanat Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang Sudjiman, 1988 57. Amanat dalam karya sastra dapat secara implisit ataupun eksplisit. Implisit adalah ajaran moral yang disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang akhir cerita. Eksplisit adalah seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, atau larangan yang disampaikan pengarang pada tengah atau akhir cerita. Amanat dalam hikayat umumnya tersurat dan terdapat pada bagian pertengahan atau akhir cerita. Contoh Hikayat Berikut adalah contoh hikayat-hikayat Melayu yang masih populer Hikayat Para Nabi, biasa disebut Surat Anbiya. Hikayat ini mengisahkan kehidupan para nabi sebelum Nabi Muhammad. Hikayat yang ada adalah Hikayat Nabi Musa, Hikayat Nabi Sulaiman, Hikayat Yusuf dan Zuleikha, dan Hikayat Isa Almasih. Kisah Kerabat dan Sahabat Nabi, merupakan kisah hidup dan perjuangan kerabat serta sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Hikayat tersebut di antaranya Hikayat Salman al-Farisi, Hikayat Raja Handak, dan Hikayat Hasan dan Husein. Hikayat Para Wali Sufi, seperti Hikayat Rabiah al-Adawiyah, Hikayat Bayazid Bhistami, Hikayat Syekh Abdul Qadir al-Jilani, dan Hikayat Syekh Saman. Hikayat Para Bangsawan, berisi tentang petualangan, percintaan, dan perjuangan tokoh yang membela negeri atau martabat keluarga. Hikayat yang terkenal di antaranya Hikayat Johar Manik, Hikayat Syamsul Anwar, Hikayat Kamaruz Zaman, Hikayat Siti Hasanah, dan Hikayat Syekh Mardan. Hikayat ini termasuk ke dalam jenis roman sehingga paling banyak dijumpai dalam sastra Melayu. Alegori Sufi atau perumpamaan, merupakan gubahan roman popular yang ditulis secara simbolik tentang kisah agama. Hikayat yang terkenal di antaranya Hikayat Burung Pingai, Hikayat Inderaputra, dan Hikayat Syekh Mardan. Cerita Berbingkai, merupakan cerita dalam cerita yang disadur dari Arab dan Persia. Selain Kisah Seribu Satu Malam, cerita berbingkai yang terkenal lainnya adalah Hikayat Bayan Budiman. Hikayat tersebut ada yang berbentuk fabel, seperti Hikayat Bayan Budiman dan Hikayat Khalilah dan Dimnah. Kisah Jenaka, yaitu Hikayat Pak Belalang, Hikayat Nasrudin Affandi dan Hikayat Abu Nuwas. Historiografi atau karya bercorak sejarah. Hikayat yang terkenal di antaranya Sejarah Melayu, Hikayat Raja-raja Pasai, dan Hikayat Aceh. Kontributor Nidia Rahma, Alumni Sastra Indonesia FIB UI Materi lainnya Daftar Pustaka Contoh Teks Prosedur Teks Eksplanasi
Unsurintrinsik dalam hikayat merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam. Pada salah satu karya sastra baru, cerpen ini memiliki tema yang . Nama pengarang merupakan unsur ekstrinsik, yaitu latar belakang penulis. Berikut adalah unsur intrinsik hikayat, yakni sebagai berikut: Dasar ini dipakai sebagai latar belakang cerita itu dibawa oleh
0% found this document useful 0 votes243 views1 pageOriginal Title12740488-Unsur-Intrinsik-Cerita-Hang-TuahCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes243 views1 pageUnsur Intrinsik Cerita Hang TuahOriginal Title12740488-Unsur-Intrinsik-Cerita-Hang-TuahJump to Page You are on page 1of 1Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel the full document with a free trial!
. 491 151 236 68 17 309 39 257

unsur intrinsik hikayat hang tuah